top of page
tiaracornelia

“Detention” 返校, Film Horor Kekinian yang Menguak Histori Kelam Taiwan pada masa Darurat Militer


Halo, Readers! Kali ini Taiwan Studies akan membahas film “Detention” yaitu film semi thriller- horror Taiwan yang booming saat awal launching pada tahun 2019 lalu. Launching film Detention ini dilakukan di bioskop-bioskop Taiwan dalam peringatan hari 228 Memorial Day. Apa itu 228 Memorial Day? Hari peringatan 228 Memorial Day berasal dari peristiwa insiden 28 Februari 1947 yang terjadi di Taiwan. Insiden tersebut adalah pemberontakan anti-pemerintah dari warga sipil, yang ditindas dengan keras oleh pemerintah Republic of China (ROC) pimpinan Kuomintang, mengakibatkan menewaskan ribuan warga sipil mulai tanggal 28 Februari 1947. Jumlah di Taiwan akibat insiden dan pembantaian tersebut diperkirakan antara 5.000 dan 28.000 jiwa. 1947 adalah masa dimana martial law atau darurat militer di Taiwan di tetapkan. Pada tahun 1945, Jepang telah menyerahkan diri atas kekalahannya dalam Perang Dunia kedua, dan ini menyebabkan kekuasaan Jepang terhadap pulau Taiwan yang telah terjadi lebih dari 50 tahun dialihkan. Kemudian datanglah pemerintah Republic of China (ROC) dalam pimpinan Kuomintang, ke pulau Taiwan.




Film “Detention” (返校) menceritakan masa-masa kelam pada saat peralihan kekuasaan tersebut, Readers. Mengapa masa peralihan pemerintahan itu sangat menyakitkan bagi penduduk Taiwan? Sebelum dibawah pemerintahan Kuomintang, Taiwan berada di dalam kekuasaan Jepang. Itu artinya, hampir semua hal, seperti sistem pembelajaran dari SD hingga sekolah tinggi, bahasa, dan budaya masih mengikuti Jepang. Semua hal yang telah tertata dengan baik ini tiba-tiba harus diganti! Yang awalnya belajar di sekolah dengan bahasa Jepang, tiba-tiba harus menggunakan bahasa Mandarin. Pertanyaannya, mengapa Kuomintang pada saat itu memaksa hal tersebut? Pasukan Kuomintang trauma terhadap penyerangan yang dilakukan Jepang di Nanking, yang terkenal dengan event Pembantaian Nanking, atau Nanking Massacre. Sedari awal, niat Jepang untuk “menyerang” Tiongkok daratan cukup jelas dan menyeramkan, Readers. Namun, terhadap pulau Taiwan, Jepang memperlakukan pulau ini dengan cukup baik, bahkan Taiwan dianggap koloni pertama luar negeri Jepang.


Sinopsis


Pada tahun 1962, selama masa Darurat Militer di Taiwan, seorang siswi SMA bernama Fang Ray-shin jatuh cinta dengan gurunya, Chang Ming-Hui. Guru Chang menjadi ‘pelarian’ Fang di tengah masalah broken home- nya dan ayahnya yang ditangkap oleh militer. Di saat yang sama, Guru Chang yang adalah penyelenggara kelompok belajar untuk buku-buku terlarang, bersama dengan sesama Guru, Yin Tsui-han dan seorang siswa tahun kedua Wei Chong-ting.





Kelompok studi buku-buku terlarang sangat berbahaya, memiliki resiko ditangkap oleh pemerintah. Menjadi dilemma Fang Ray Shin untuk tetap tutup mulut mengenai keberadaan kelompok studi, atau menyerahkan informasi mengenai kelompok studi ini ke pihak berwenang sebagai barter agar ayahnya dibebaskan oleh militer. Di satu sisi, Fang Ray Shin jatuh cinta kepada Guru Chang dan ingin melindungi teman-teman yang terlibat di kelompok studi. Tetapi, ayahnya ditahan militer dan pihak berwenang menjanjikan kebebasan ayahnya jika Fang dapat menginformasikan kegiatan-kegiatan terlarang.




Adegan mencekam, tetapi bernilai historis


Didalam film ini, terdapat banyak adegan mencekam, seperti bagaimana pemerintah pada saat itu menangkap orang yang diduga melakukan kegiatan anti-pemerintah. Terdapat juga adegan penyiksaan bagi mereka diduga melakukan kegiatan anti-pemerintah, seperti dimasukkan ke air atau ditembak mati. Adegan tidak ditampilkan secara eksplisit, melainkan lewat beberapa pemaknaan kiasan yang sangat dalam. Semua adegan ini tidak dibuat untuk menakut-nakuti semata, dengan sinematografi yang ciamik disusun untuk menggambarkan realita Taiwan pada masa darurat militer tersebut. Suasana mencekam yang terbangun dengan karakter-karakternya yang misterius pelan-pelan membawa penonton mengerti jalan cerita yang menarik, sekaligus dengan detail merasakan ‘pesan sejarah’ yang ingin disampaikan.





Penghargaan


Film "Detention" yang disutradarai oleh John Hsu ini memenangkan Top Awards pada Taipei Film Festival. Film ini mengumpulkan 12 nominasi untuk Golden Horse Awards 2019 (Oscar Taiwan), memenangkan lima. Yang terpenting, Film Detention mampu memantik pembicaraan seputar masa kelam pemerintahan otoriter di Taiwan.





Trailer Film Detention:




120 views

Comentários


Post: Blog2_Post
bottom of page